Andre Rosiade dari Partai Gerindra dan Mustofa Nahrawardaya dari Partai Ummat terlibat perang statement terkait jasa masa lalu
Ditulis oleh redaksi pada Februari 22, 2023
Partai Gerindra dan Partai Ummat mulai mengungkit-ungkit persoalan masa lalu dan jasa dari masing-masing pihak. Dua elite partai tersebut, yakni Andre Rosiade dari Partai Gerindra dan Mustofa Nahrawardaya dari Partai Ummat terlibat perang statement terkait jasa masa lalu.
Perang pernyataan antara Partai Gerindra vs Partai Ummat itu terjadi dalam sebuah diskusi politik di Jakarta, Selasa (21/2/2023). Andre Rosiade dan Mustowa Nahrawardaya menjadi narasumber dalam diskusi itu.
Andre menegaskan bahwa Partai Gerindra, termasuk Ketua Umum Prabowo Subianto, tidak pernah meninggalkan pendukungnya. Bahkan, Andre menyebutkan bahwa Partai Gerindra yang membantu Partai Ummat mendaftar ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
“Mohon maaf, Bang Mustofa. Partai Ummat mendaftar ke Kemenkumham khan dibantu sama kader Gerindra,” kata Andre Rosiade.
Dia lalu meminta Mustofa untuk mengecek hal itu kepada mantan Wakil Ketua Umum Partai Ummat Chandra Tirta Wijaya. Chandra telah mengundurkan diri setelah terlibat kasus hukum di KPK.
Oleh karena itu, Andre menegaskan, partainya tidak pernah meninggalkan teman dalam berkoalisi. Bahkan, saat Prabowo Subianto memutuskan untuk bergabung dengan pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi), dia mengumpulkan dan berdiskusi dengan partai-partai pendukungnya pada Pilpres 2019.
“Pak Prabowo terbuka. Ketika dapat penawaran dari Pak Jokowi, dia sampaikan secara terbuka ke seluruh pimpinan partai koalisi di Rumah Kertanegara. Petinggi PKS ada. Amien Rasi ada, dari Partai Demokrat juga ada,” kata Andre Rosiade.
Menanggapi itu, Mustofa mengatakan, koalisi pendukung Prabowo, termasuk Kelompok 212 mengira bahwa Ketua Umum Partai Gerindra itu akan tetap berada di luar pemerintahan alias menjadi oposisi.
Oleh karena itu, ujarnya, di antara pendukung Prabowo ada yang tidak setuju dia bergabung di dalam pemerintahan Presiden Jokowi. Menurut Mustofa, istilah rekonsiliasi yang disebut Prabowo kala itu tidak bisa diterima sebagian pendukungnya.
Bahkan, Mustofa Nahrawardaya membandingkan Prabowo Subianto dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurut Juru Bicara Partai Ummat itu, Anies tidak seperti Prabowo yang menyakiti umat.
“Yang nanti diperebutkan dua orang ini (Anies dan Prabowo, Red) sama. Tetapi, Anies tidak memiliki satu hal yang dimiliki oleh Mas Prabowo. Apa itu? Mohon maaf sekali. Bagi fansnya, adalah menyakiti mereka. Anies tidak punya itu,” kata Mustofa.
Andre Rosiade membalas dengan mengatakan bahwa pernyataan Mustofa Nahrawardaya itu merupakan narasi negatif yang disampaikan secara terstruktur, sistematis, dan masif. Tujuannya, ujar Andre, agar pemilih Prabowo berpindah ke Anies.
“Saya melihat narasi ini sudah dibangun secara sistematis di grup-grup WA dan Facebook sejak 3 tahun terakhir. Narasinya sederhanya: pengkhianat. Ini dimainkan secara terstruktur, sistematis, dan masif,” ujar Andre.
Namun, dia menegaskan, pemilih akhirnya sadar dengan cara-cara seperti itu. Mereka yang semula terpengaruh dengan isu ‘pengkhianat’ mulai kembali mendukung Prabowo.
Namun, dia menegaskan, pemilih akhirnya sadar dengan cara-cara seperti itu. Mereka yang semula terpengaruh dengan isu ‘pengkhianat’ mulai kembali mendukung Prabowo.
Menurut Andre, pihaknya menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Prabowo bukan bentuk pengkhianatan. Partai Gerindra menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Prabowo merupakan sebuah rekonsiliasi.
“Kami, Partai Gerindra, jelas. Beliau (Prabowo, Red) bersama Pak Jokowi sudah memutuskan melakukan rekonsiliasi demi terciptanya persatuan Indonesia dan persatuan nasional,” ujar Andre.
Disebutkan, Indonesia membutuhkan tokoh pemersatu agar yang ‘dijual’ ke rakyat bukan lagi tokoh-tokoh yang bisa memunculkan polarisasi. “Ada yang bilang bicara paling umat, lalu ada yang bilang paling nasionalis. Ini yang berbahaya,” ujar anggota DPR itu.