Pemimpin tertinggi Taliban Afganistan telah bersumpah untuk mulai melakukan hukuman rajam atau melempari dengan batu terdakwa perempuan penzinah sampai mati di depan umum
Ditulis oleh redaksi pada Maret 27, 2024
Pemimpin tertinggi Taliban Afganistan telah bersumpah untuk mulai melakukan hukuman rajam atau melempari dengan batu terdakwa perempuan penzinah sampai mati di depan umum. Pernyataan tersebut diungkapkan sebagai perjuangan melawan demokrasi Barat.
“Anda mengatakan bahwa kami melempari mereka dengan batu sampai mati merupakan pelanggaran terhadap hak-hak perempuan,” kata pemimpin Taliban Afganistan Mullah Hibatullah Akhundzada melalui pesan suara, yang disiarkan di televisi pemerintah pada akhir pekan.
Pesannya itu ditujukan kepada para pejabat negara Barat.
“Namun, kami akan segera menerapkan hukuman bagi perzinahan. Kami akan mencambuk perempuan di depan umum. Kami akan melempari mereka dengan batu sampai mati di depan umum,” katanya dalam komentar paling kerasnya sejak Taliban mengambil alih negara itu pada Agustus 2021 .
“Ini semua bertentangan dengan demokrasi Anda, tetapi kami akan terus melakukannya. Kalian mengatakan kami tak membela hak asasi manusia, kami melakukannya sebagai wakil Tuhan dan Anda sebagai wakil iblis,” ujarnya.
TV pemerintah Afganistan, yang kini berada di bawah kendali Taliban, menyiarkan pesan suara yang berasal dari Akhundzada, yang jarang pernah terlihat di depan umum kecuali beberapa potret lamanya.
Dia diyakini berbasis di Kandahar selatan, basis Taliban.
Meskipun menjanjikan pemerintahan yang lebih moderat, Taliban dengan cepat kembali menerapkan hukuman publik yang keras seperti eksekusi di depan umum dan cambuk, serupa dengan yang diterapkan pada pemerintahan mereka sebelumnya pada akhir tahun 1990-an.
PBB mengecam keras Taliban dan meminta para penguasa di negara itu untuk menghentikan praktik-praktik semacam itu.
Dalam pesan suaranya, Akhundzada mengatakan bahwa hak-hak perempuan yang selama ini diadvokasi oleh komunitas internasional bertentangan dengan interpretasi keras Taliban terhadap Syariah Islam.
“Apakah perempuan menginginkan hak-hak yang dibicarakan orang Barat? Mereka menentang syariah dan pendapat para ulama, ulama yang menggulingkan demokrasi Barat,” katanya.
“Saya mengatakan kepada Mujahidin bahwa kami memberitahu orang-orang Barat bahwa kami berperang melawan Anda selama 20 tahun dan kami akan berperang selama 20 tahun atau bahkan lebih melawan Anda,” katanya.
Ia menekankan perlunya ketahanan dalam menentang hak-hak perempuan di kalangan prajurit Taliban.
“Itu tidak selesai ketika Anda pergi. Ini tidak berarti kita sekarang hanya duduk dan minum teh. Kami akan membawa syariah ke negeri ini,” tambahnya.
Pernyataannya telah memicu kemarahan di kalangan warga Afganistan, dan beberapa di antaranya menyerukan komunitas internasional untuk meningkatkan tekanan terhadap Taliban.
“Uang yang mereka terima dari komunitas internasional sebagai bantuan kemanusiaan hanya memberi mereka keuntungan terhadap kesengsaraan perempuan,” kata Tala, mantan pegawai negeri sipil dari ibu kota Kabul.
“Sebagai seorang perempuan, saya tidak merasa aman di Afganistan. Setiap pagi dimulai dengan rentetan pemberitahuan dan perintah yang memberlakukan pembatasan dan peraturan ketat terhadap perempuan, menghilangkan bahkan kesenangan terkecil dan memadamkan harapan untuk masa depan yang lebih cerah,” tambahnya.